Home > Anti Biasa > Teknik Penulisan Puisi

Teknik Penulisan Puisi

Menulis puisi itu gampang. Ya, memang begitu. Banyak orang yang bisa membuat puisi. Siapapun, ketika disuruh atau dipaksa membuat puisi pasti bisa. Berbeda ketika orang disuruh untuk membuat cerpen atau novel. Namun, jangan salah, orang yang membuat puisi tanpa pengetahuan, tanpa teknik, tentu akan sangat berbeda dengan mereka yang sedikit-sedikit memahami “hakikat” sebuah puisi.
Pengertian Puisi.
Puisi adalah sebuah dunia dalam kata. Isi yang terkandung di dalam puisi merupakan cerminan pengalaman, pengetahuan, dan perasaan penyair yang membentuk sebuah dunia bernama puisi. Kesusastraan, khususnya puisi, adalah cabang seni yang paling sulit untuk dihayati secara langsung sebagai totalitas. Elemen-elemen seni ini ialah kata. Sebuah kata adalah suatu unit totalitas utuh yang kuat berdiri sendiri. Puisi menjadi totalitas-totalitas baru dalam pembentukan-pembentukan baru, dalam kalimat-kalimat yang telah mempunyai suatu urutan yang logis. (Dresden).

Puisi adalah pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek-aspek bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individu dan sosialnya; yang diungkapkan dengan teknik tertentu sehingga puisi itu dapat membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengarnya.(Suyuti).

(Pengertian diatas disarikan oleh Hasta Indrayana aktivis Komunitas Tanda Baca).
Sedangkan, unsur-unsur puisi menurut Dick Hartoko sebagai berikut;

Puisi terdiri dari dua unsur, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaksis puisi. Unsur tematik atau unsur semantik puisi menuju ke arah struktur batin sedangkan unsur sintaksis mengarah pada struktur fisik puisi. Struktur batin adalah makna yang terkandung dalam puisi yang tidak secara langsung dapat dihayati. Struktur batin terdiri dari (1) tema, (2) perasaan, (3) nada dan suasana, (4) amanat atau pesan. Struktur fisik adalah struktur yang bisa kita lihat melalui bahasanya yang tampak. Struktur fisik terdiri dari (1) diksi, (2) pengimajian, (3) kata konkret, (4) bahasa figuratif atau majas, (5) versifikasi, dan (6) tata wajah.

Dalam sebuah forum diskusi maya (apresiasi sastra), penyair Hasan Aspahani pernah menyarikan perihal pasal-pasal puisi versi Goenawan Mohammad dalam bukunya “Kesusastraan dan Kekuasaan”. Pasal-pasal ini bisa kita jadikan panduan bagaimana menulis puisi dengan baik.

Pasal 1.
Dalam puisi, pada mulanya adalah komunikasi.
Karena itu, puisi yang tidak palsu dengan sendirinya
dan sudah seharusnya mengandung kepercayaan kepada
orang lain, pembacanya.

Pasal 2.
Prestasi kepenyairan yang matang
mencerminkan suatu gaya, setiap gaya mencerminkan
suatu kepribadian, setiap kepribadian tumbuh dan hanya
bisa benar-benar demikian bila ia secara wajar berada
dalam komunikasi.

Pasal 3.
Sajak yang mencekoki pembaca, atau menyuruh
pembaca menelan saja pesan yang hendak disampaikan
atau yang dititipkan lewat penyair adalah sajak yang
tidak pantas dihargai.

Pasal 4.
Penyair dan pembacanya berada dalam sebuah
ruang kebersamaan yang meminta banyak hal serba
terang, sebab dengan demikian terjamin kejujuran, dan
penyair tidak sekedar menyembunyikan maksud sajaknya
bagi dirinya sendiri.

Pasal 5.
Akrobatik kata-kata untuk dengan sengaja
membikin gelap suatu maksud sajak menunjukkan tidak
adanya kejujuran, yang pada akhirnya tidak lagi
dipercaya pembacanya dan kemudian ia pun tidak lagi
percaya pada dirinya sendiri.

Pasal 6.
Penyair harus meletakkan sajaknya di antara
“kegelapan-supaya-tidak-di
mengerti” dan
“tidak-menjejalkan-segala-galanya-kepada-pembaca”,
tanpa mengaburkan batas antara kedua hal itu.

Dari kenyataan karya beberapa penyair (khususnya para pemula), yang sering muncul adalah puisi dengan ungkapan perasaaan semata. Padahal, sebenarnya dalam puisi juga perlu dimunculkan sisi intelektualitas di dalamnya. Baiklah, dari beberapa pandangan sekilas diatas, semoga bisa dijadikan dasar bagaimana kita bisa menulis puisi dengan baik, tidak asal menulis, tetapi benar-benar dilandasi dengan sebuah ilmu tentang puisi, sehingga akan lahir karya-karya besar, bukan hanya picisan.

Categories: Anti Biasa
  1. No comments yet.
  1. No trackbacks yet.

Leave a comment