Mengejar Pakèt

Y

ang namanya Pakèt biasanya memang menarik, sehingga siapapun kebanyakan suka, kalau perlu ya mengejarnya. Tapi seperti biasa, judul ini saya maksudkan bukan untuk sesuatu yang mudah ditebak seperti itu. Ini bukan mengejar pakèt tapi kejar pakèt.

Sampeyan pasti pernah dengar kejar pakèt, semisal kejar pakèt A, kejar paket B atau C. Awalnya memang bagus, untuk mengejar indeks nasional di bidang pendidikan agar target pendidikan dasar tercapai, tapi belakangan hal itu bergeser, terlebih saat ada persyaratan calon legislatif harus memenuhi kualifikasi akademik tertentu, sehingga kejar pakèt dipenuhi oleh orang2 yang secara usia sudah ndak layak sekolah lagi yang hanya untuk mengakomodir kepentingan sekelompok orang, demi memenuhi keinginannya secara instan.

Pendidikan yang mustinya dijalani 3 sampai 6 tahun, dipangkas, dimampatkan dan dikebiri hingga menjadi beberapa bulan atau bahkan beberapa hari saja.

Beginilah kalau kompetensi diukur berdasar ijasah. Akhirnya jalan apapun diciptakan untuk memperolehnya. Kalau kejar pakèt A disetarakan dengan SD, kejar pakèt B dengan SMP dan kejar pakèt C dengan SMA, ternyata ada semacam kejar buat perguruan tinggi, meskipun tidak serta merta diberi nama kejar pakèt D untuk S1 dan kejar pakèt E untuk S2. Tanpa keliatan kapan kuliahnya, tiba2 saja ada pejabat seseorang yang sudah menyandang gelar sarjana, bahkan pascasarjana. Ujiannya ndak musti di kampus tapi bisa dibawa pulang. Saya berani ngomong begini kerana saya pernah dimintai bantuan oleh tetangga untuk ngerjakan soal Statistik (dan jelas saya dapat paypall karenanya). Ndak berapa lama, bergelarlah tetangga saya itu dengan Sarjana Hukum.

Ada satu pertanyaan yang mengganjal, “Kapan ada kejar pakèt P buat naikkan Page Rank secara instan?”. Kalau ada, saya dikabari ya… [sekarang saya bergelar M.Kom, Master Komedi]