Saya Pektay?

K

eputihan mungkin iya, tapi kalau pektay tampaknya belumlah… Semua tergantung cara pandang dan alasan apa yang dipakai sebagai landasan berpikir.

Keputihan sebagai kiasan saya akui iya, karena saya lagi giat2nya membangun blog putih ini, mencoba bermetamorfosa di sini. Keputihan dalam arti sebenarnya mungkin juga iya, karena rambut sayapun mulai memutih. Bukankah rambut juga alat vital? (kalau sampéyan ndak setuju kalau rambut adalah alat vital, sampéyan akan kuwalat dan rambut sampéyan akan mbrodholi).

Meninggalkan dunia hitam?. Yang ini kayaknya belum mungkin, karena blog hitam saya itu adalah dunia saya, ya dunia hitam saya. Saya akan mencoba berdiri di antaranya, hitam di atas putih atau putih di atas hitam. Mata ndak ada hitamnya sangat wagu, ndak ada putihnya ya malah kayak cao…

Bukankah mata adalah teropong dunia?. Dan bukankah warna mata ideal adalah hitam dan putih?. Kecampuran kuning berarti sampéyan cacingan, kalau ada merahnya berarti sampéyan bèlèken…

Sebagai tambahan saja, bahwa di tempat saya, kalau ada orang mulai ubanan akan dikatakan  telah meninggalkan dunia hitam, atau julukan yang lain yang menyakitkan yaitu keputihan.

Saya sendiri tak pernah nyembunyikan keputihan itu dengan semir. Selain ndak ada anggaran, bukankah masih lebih hebat keputihan ketimbang kehitaman?. Untuk menjadikan rambut saya putih, saya butuh waktu puluhan taun. Tapi untuk menghitamkannya, saya cuman butuh waktu tak lebih dari satu jam.

Monggo sampeyan ngaku, telah meninggalkan dunia hitam ataukah keputihan?. Atau jangan2 malah pektay betulan…